![]() |
Dari Sudut Pandang : Eyang Dwijo |
Hampir
semua orang percaya bahwa Tuhan Yang Maha Esa menciptakan alam gumelar ini
garis besarnya ada dua alam yaitu alam nyata artinya alam yang bisa dilihat
oleh mata kepala dan alam halus atau alam gaib yang tidak bisa dilihat oleh
mata. Kebanyakan orang Jawa mengatakan wadhak dan alus.
Mengenai
alam nyata atau wadhak segala sesuatunya berkaitan dengan panca indera manusia
yang dikomandani oleh otak atau pikiran. Sedangkan alam gaib atau alam halus erat
hubungannya dengan batin atau perasaan yang sentralnya ada di hati. Mungkin ada
juga benarnya jika dikatakan bahwa ilmu yang diajarkan pada pendidikan formal
adalah yang berada di ranah alam wadhak. Kendati disitu ada juga yang tidak
bisa dilihat oleh mata kepala tapi keberadaannya bisa dikuatkan oleh indera
lainnya misalnya kulit bisa merasakan atau mata bisa melihat sesuatu yang
ditimbulkan karena keberadaannya, yaitu angin atau udara. Oleh karena angin
atau udara masih bisa terdeteksi oleh panca indera maka bisa dikatakan bahwa
angin atau udara termasuk gas adalah bukan barang gaib atau tidak berada dalam
ranah alam halus atau bukan makhluk halus. Maka bisa ditarik kesimpulan bahwa alam halus
hanya bisa dilihat atau dideteksi oleh indera keenam.
Oleh karena alam gaib atau alam
halus hanya bisa terdeteksi oleh indera keenam yang sentralnya berada di hati
atau batin, maka tidak layak untuk diperdebatkan karena berdebat dikendalikan
oleh pikiran. Sehubungan dengan itu dalam bahasa Jawa ada istilah yang dinamakan
bawa rasa, yang artinya kurang lebih adalah sharing menggunakan rasa atau batin
yang sentralnya di hati tidak di otak yang menyatu dengan pikiran.
Sebetulnya bagi orang Jawa
mengenai alam halus bukanlah hal baru. Suatu misal dia melihat seorang bayi
dalam keadaan mata tertutup atau tidur. Si bayi tersenyum atau tertawa sendiri,
pasti orang tersebut mengatakan bahwa
bayi itu sedang bergurau dengan mongnya. Mong yang dimaksud adalah makhluk di
alam halus yang tidak bisa terdeteksi oleh panca indera. Demikian juga kalau
bayi menangis atau mungkin berlanjut sakit tanpa ada penyebab yang konkrit,
maka dia mengklaim bahwa bayi tersebut sawanen atau kena sawan. Sawan juga
tidak bisa terdeteksi dengan panca indera. Masih bicara soal bayi, ketika bayi
lahir kemudian disusul segumpal daging yang lazim disebut ari-ari. Sejak dulu
kala kebanyakan orang Jawa mempunyai kepercayaan bahwa pada wadhak segumpal
daging tersebut terkandung makhluk alam halus, maka dicuci bersih dan dikubur
sebaik mungkin. Bahkan lebih dari itu, jika malam tiba di atasnya dikasih lampu
penerangan.
Posting Komentar